SANGGAHAN BAGI IKHWAN YANG ANTI MAULID:
MASALAH PENDAPAT IBNU TAIMIYAH (3):
Saya tidak menuduh ikhwan di blog ini sebagai orang “curang”. Tidak! Sama sekali tidak! Karena saya perhatikan ikhwan di blog ini hanya ‘mencopas’ saja tulisan pendapat penulis aslinya.
Yang saya tuding berbuat curang adalah penulis asli yang tulisannya dicopas oleh ikhwan di blog ini. Mohon hal ini dipahami dulu.
[KECURANGAN PERTAMA]
Setelah saya baca kitab Iqtdha’ As-Sirat Al-Mustaqim karya Ibnu Taimiyah ternyata TEKS berikut ini TIDAK ADA sama sekali dalam kitab tersebut..
ابتداع مولد النبي صلى الله عليه وسلم مضاهاة للنصارى في عيد ميلاد عيسى ولو كان خيراً لسبقنا إليه السلف الصالح في صدر الإسلام وتفصيل القول في ذلك
Terjemahan:
Mengada-adakan perayaan maulid Nabi—Shallallâhu alaihi wasallam—merupakan amalan yang menyerupai orang-orang Nasrani ketika mereka merayakan kelahiran Nabi Isa. Apabila amalan itu adalah sesuatu yang baik maka tentulah generasi para salafus shaleh akan melakukannya di awal perkembangan Islam.
Lebih rincinya berikut ini:…
Sayang Sang Penulis yang tulisannya dicopas dan dijadikan hujjah di atas mungkin terburu-buru membuat bahasa Arabnya sehingga KERANCUAN bahasa Arabnya kentara sekali..
Perhatikan kata-kata:
وتفصيل القول في ذلك وكذلك ما يحدثه بعض الناس
Bagi yang mengerti Bahasa Arab ini Jelas bukan susunan MUBTADA-KHABAR yg tepat, kalimat وكذلك dst TIDAK BISA menjadi khabar وتفصيل. Sungguh terasa amat janggal
[KECURANGAN KEDUA]
إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم، وتعظيماً.
Kalimat إما tidak diterjemahkan dengan benar, dia katakan “Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, baik karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam–atau karena ALASAN cinta
[TERJEMAHAN YANG BENAR]
“Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, ADAKALANYA karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam– dan ADAKALANYA karena cinta”
(Kata أما (Imma) di sini TIDAK DITERJEMAHKAN (SENGAJA DISEMBUNYIKAN) untuk menyesatkan pembaca yang kuang memahami (atau kurang teliti) dalam memahami bahasa Arab.
Di sini Ibnu Taimiyah menyebut DUA TUJUAN yang BERBEDA, Pada halaman berikutnya (269) Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa Tujuan kedua BERPAHALA BESAR.
Sang Penulis (yang tulisannya dicopas dan dijadikan hujjah oleh ikhwan di blog ini), —>>MENYAMAKAN dua tujuan ini dengan cara MENGHINDARI penerjemahankata إما (Imma) dengan benar
[KECURANGAN KETIGA]
Sang Penulis (yang tulisannya dicopas dan dijadikan hujjah oleh ikhwan di blog ini), MENAMBAH dan MENGURANGI sebagian terjemahan agar sesuai dengan kemauannya.
Dia TIDAK MENERJEMAHKAN kata IJTIHAD pada kalimat berikut..
والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد
“Boleh jadi Allah memberi ganjaran kepada mereka dikarenakan kecintaan dan kesungguhan mereka…”
TERJEMAH SEHARUSNYA :
Terkadang Allah memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam dan IJTIHAD mereka ini..
Ibnu Taimiyah mengakui bahwa ini adalah masalah IJTIHADIYAH (yang seandainya salah pun masih berpahala), namun Sang Penulis (yang tulisannya dicopas dan dijadikan hujjah oleh ikhwan di blog ini) sengaja tidak menerjemahkannya..
Sang Penulis juga menghentikan kutipannya sampai di situ saja karena setelahnya ada kalimat
مع ما لهم من حسن القصد والاجتهاد
Maka titik PERBEDAAN Ibnu Taimiyah dan Wahabi :
—>>> Ibnu Taimiyah masih mengakui bahwa dengan dasar CINTA, MAULID mendatangkan PAHALA BESAR..
—>>> sedangkan Wahabi merasa ALERGI untuk mengaitkan MAULID dengan PAHALA.