@ Gimananeh,
Sebagai orang Islam, tentu kita mendirikan shalat, setidaknya lima kali shalat fardhu dalam sehari, bukan? Jumlah raka’at dalam shalat lima waktu fardhu itu adalah 17 rakaat, dan setiap rakaat kita berdoa: “Tunjukillah/bimbinglah kami kepada jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Nikmat Engkau telah dianugerahkan atas mereka, bukan atas mereka yang dimurkai dan bukan pula yang sesat” (Al Fatihah 1:6-7). Kemudian di dalam Al Quran, Allah menjawab doa kita bahwa tentu saja Allah akan membimbing engkau kepada jalan yang lurus dan Dia akan menganugerahkan Nikmat-Nya kepada orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya saw:
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini (Nabi Muhammad saw), maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan Dia anugerahkan atas mereka, yakni nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shaleh.” (An-Nisa 4:70).
Dengan demikian, maka umat Islam yang dawam mendirikan shalat dengan khusyuk senantiasa berdoa agar:
(1) Ditunjukkan/dibimbing Allah kepada jalan yang lurus.
(2) Jalan lurus itu adalah jalan orang-orang yang Nikmat Allah telah dianugerahkan atas mereka.
(3) Nikmat Allah itu adalah nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh.
Jika Nikmat Allah (nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh) itu masih terbuka bagi orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw, kenapa kita tidak mensyukurinya? Bukan menolaknya.