Ibn Arabi also followed the same line of reasoning in his Futūḥāt al-Makkiyya
“After the finality of Prophet-hood the only thing possible is that of coming of Wali and all the doors to revelations and Prophet hood has been closed, hence who so ever claims to be messenger of God after Prophet Muhammad than he would be only the propagator of his new ideas, it is possible that he would be follower of our religion or not, and if he is sound minded than we should give him death penalty and if he is unsound mind than we should keep our self away”
=> Yes it is, therefore Ahmadiyya explain :
Hadits Bukhari [Arab] laa nabiya ba’d (tidak ada Nabi sesudah aku) Bukhari.
JAWAB: Hadhrat Mahyuddin ibnu Arabi dalam kitabnya “Futuhat
Makkiyyah” jilid III hal. 73 menulis:
[tulisan Arab]
Artinya: Inilah arti dari sabda Rasulullah s.a.w:
“Sesungguhnya Risalah dan Nubuat sudah terputus maka tidak
ada Rasul dan Nabi yang datang sesudah aku yang bertentangan
dengan Syariatku. Apabila ia datang, ia akan ada di bawah
Syariatku.”
JAWAB: Rasulullah saw bersabda:
[tulisan Arab]
Artinya: Apabila binasa Kisra (Raja Farsi) maka tidak ada
Kirsa sesudahnya Dan apabila binasa Kaisar (Raja Roma), maka
tidak ada Kaisar sesudahnya.
Maksud hadits ini ialah tidak akan ada lagi Kisra dan Kaisar
seperti atau semacam Kisra dan Kaisar di zaman Rasulullah
saw
Seperti itu juga kita berkata: Nabi-nabi akan datang lagi
tetapi tidak seperti Nabi Muhammad saw (yang membawa
agama/syariat baru).
So why you always think & brave to call ahmadiyya infidel ( kafir ) ???