Martin berkata
=====
TANGGAPAN :
Kesalahan pengikut AHMADIYAH syofian syarif maupun Gada adalah sebagai berikut :
1. Hanya berpatokan kepada satu hadist tanpa melihat hadist-hadist yang lain !!!
2. berbagai macam cara yang kalian lakukan agar menang dalam perdebatan ini. !!!
3. rela memutar balikkan al-quran demi mencocokan dengan apa yang Ahmadiyah fahami !!!
=====
—>> Ketiga hal yang saudara Martin tuduhkan itu tidak benar. Saya menulis berdasarkan Al Quran dan hadits, tidak ingin menang dalam perdebatan dan tidak memutar-balikkan Al Quran. Sedangkan yang saudara Martin sebut dengan “yang Ahmadiyah fahami” kemungkinan besar maksudnya adalah pemahaman Ahmadiyah berdasarkan informasi dari Anti-Ahmadiyah.
=====
AL-MAHDI ADALAH UTUSAN ALLAH ! itu memang benar, tetapi kalian tidak menyadari KEBODOHAN KALIAN apa ???
=====
Jika saudara Martin membenarkan bahwa Al Mahdi adalah Utusan Allah atau Rasul Allah atau Rasulullah, maka menurut Al Quran utusan Allah itu adalah seorang nabi, firman-Nya:
“Dan, berapa banyak nabi telah Kami utus kepada kaum terdahulu.” (Az-Zukhruf 43:6/7).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Nabi yang diutus Allah kepada kaum terdahulu, artinya Nabi adalah utusan Allah atau Rasulullah.
Begitu pula dengan kabar gembira mengenai Al Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummat Nabi Muhammad saw, artinya Al Mahdi adalah utusan Allah atau Rasulullah.
Dengan demikian, maka Nabi dan Al Mahdi adalah utusan Allah atau Rasulullah, dan tentu saja Al Mahdi adalah Nabi juga. Jadi, bukan merupakan KEBODOHAN, jika saya menyimpulkan bahwa Al Mahdi memperoleh derajat kenabian karena ketaatannya yang sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70).
=====
simak penjelasan saya berikut :
hadist yang anda pegang adalah :
>>“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)a
hadist di atas menyatakan kalau al-mahdi utusan Allah itu memang BENAR !!! tapi anda harus fahami saudara sofian kalau hadist yang satu dengan yang lain itu saling berhubungan, BENAR kalau RASULULLAH itu adalah utusan Allah, tapi saudara harus ingat ada hadist lain yang dikemukakan oleh nabi muhammad SAW, hadistnya sbb :
Dari Aishah ra, Rasulullah bersabda : “Al-Mahdi itu seorang lelaki dari cucuku, ia akan berperang atas Sunahku seperti aku berperang atas Wahyu Allah”.
Hadith riwayat Na’im bin hammad
apakah kau tau arti hadist ini SYOFIAN SYARIF !!!!
hadist ini menegaskan bahwa AL-MAHDI tidak menerima WAHYU, AL-MAHDI itu hanya berperang di atas sunah rasulullah, Al-mahdi itu tidak menerima wahyu. FAHAM ..!
INILAH SALAH SATU KEBODOHAN KALIAN YANG TIDAK KALIAN SADARI ….!!!!!
=====
—>> Hadits riwayat Na’im bin Hammad itu tidak menegaskan bahwa Al Mahdi tidak menerima WAHYU, karena:
(1) “Al Mahdi itu seorang lelaki dari cucuku, ia akan berperang atas Sunnahku seperti aku berperang atas Wahyu Allah” maksudnya Al Mahdi itu akan berdakwah mengikuti Sunnah Nabi Muhammad saw mengikuti Wahyu Allah. Dalam hadits lain Imam Mahdi itu akan menghentikan perang (HR Musnad Ahmad bin Hanbal) maksudnya Al Mahdi akan berdakwah bukan dengan peperangan senjata militer.
(2) Al Mahdi artinya orang yang mendapat petunjuk Ilahi atau petunjuk dari Allah. Bagaimana Al Mahdi menerima petunjuk Allah?
Al Quran menegaskan: “Dan tidaklah mungkin bagi manusia agar Allah berfirman kepadanya, kecuali dengan wahyu langsung atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Rasul guna mewahyukan dengan seijin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Luhur, Maha Bijaksana (Asy-Syura 42:51/52).
Dengan demikian, maka memahami bahwa Al Mahdi menerima Wahyu Allah dan Nabi/Rasul Allah, bukan merupakan KEBODOHAN, melainkan berdasarkan Al Quran dan Hadits, Al Mahdi menerima Wahyu Allah dan pangkat kenabian berkat ketaatannya yang sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70).
Bahkan sebaliknya, menurut sabda Rasulullah saw: “Barangisapa mati, sedangkan ketika hidupnya tidak memiliki ikatan bai’at, maka dia mati dalam keadan jahiliyah (KEBODOHAN). (HR Shahih Muslim).
Mudah-mudahan, kita tidak termasuk orang-orang yang masih Jahiliyyah atau yang masih hidup dalam KEBODOHAN.
Wassalam.