Setelah Allah mengutus HMG Ahmad as sebagai Khalifah Allah, Al Mahdi & Al Masih Mau’ud pada awal abad ke-14 Hijriah, dan mendirikan Jemaat Muslimin Ahmadiyah atas perintah dan bimbingan wahyu Allah, banyak orang-orang Islam dan non-Islam bergabung ke dalam Jemaat Muslimin Ahmadiyah yang beriman dan beramal shalih serta berjihad di jalan Allah dalam mencapai ketakwaan yang sesungguhnya.
Firman Allah:
(1). “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu (umat Islam) dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan bagi mereka itu Khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan Khalifah bagi orang-orang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan agama mereka yang telah Dia ridhoi bagi mereka (agama Islam); dan niscaya Dia akan menggantikan keadaan mereka sesudah ketakutan dengan keamanan. Mereka akan menyembah-Ku, dan mereka tidak akan menyekutukan-Ku dengan apa pun. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka adalah orang-orang yang fasik.” (An-Nur 24:56).
Ayat ini menegaskan bahwa seorang Khalifah di bumi itu dijadikan oleh Allah dalam menyempurnakan janji-Nya kepada orang-orang Islam yang beriman dan beramal shaleh. Pada awal abad ke-14 Hijriah, Allah telah menjadikan HMG Ahmad as sebagai Khalifah Allah, Al Mahdi.
(2) “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang memegang kekuasaan di antaramu. Dan, jika kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu memang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Hal demikian itu paling baik dan paling bagus akibatnya.” (An-Nisa 4:60)
Ayat ini menegaskan bahwa jika timbul perselisihan di antara orang-orang yang beriman, maka selesaikanlah perselisihan itu dengan mengembalikan masalahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dgn cara keluar dari Jemaat Ahmadiyah. Cara seperti itu adalah cara yang diperintahkan Allah, karena paling baik dan paling bagus akibatnya dan merupakan cara yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.
(3) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang sesungguhnya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan menyerahkan diri. Dan, berpegang-teguhlah kamu sekalian kepada Tali Allah, dan janganlah bercerai-berai; dan ingatlah akan Nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan antara satu sama lain sehingga dengan Nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara; dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api, kemudian Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran 103-104).
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang beriman dianjurkan Allah agar bertakwa dengan ketakwaan yang sesungguhnya, berserah diri dan berpegang teguh kepada Al Quran (Tali Allah) serta tidak bercerai-berai (misalnya jika sudah ada Jemaat Islam Ahmadiyah, maka bersatulah dengan bergabung ke dalamnya). Dan kita diingatkan akan Nikmat Allah (yaitu nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shaleh, An-Nisa 4:70) yang menyatukan hati umat Islam, yang tadinya bermusuh-musuhan, lalu diubah dengan kecintaan antara satu sama lain sehingga menjadi bersaudara, karena jika bergabung dalam satu Jemaat yang dipimpin oleh seorang Khalifah, Al Mahdi, maka umat Islam akan senantiasa mendapat petunjuk (Al Mahdi).
Sabda Rasulullah saw:
(1). Barangsiapa mati, sedang ketika hidupnya tidak ada ikatan baiat, maka matinya secara Jahiliyah. (HR Shahih Muslim).
Hadits ini menegaskan pentingnya ikatan baiat dengan Allah, bahkan Dia menyuruh kita agar jangan mati dulu (Ali Imran 3:103) sebelum baiat (berserah diri dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya), karena jika mati dalam keadaan belum baiat, maka matinya akan berada dalam kebodohan (Jahiliyah).
(2). “Apabila kalian melihatnya (Al Mahdi), maka baiatlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi.” (HR Sunan Ibnu Majah/Sunan Abu Daud).
Hadits ini menegaskan bahwa jika ada Imam Mahdi atau Al Mahdi kita harus baiat kepada Allah di hadapan/melalui Al Mahdi, baik Khalifah Allah (Al Mahdi & Al Masih Mauud) atau kepada Khalifatul Masih (Al Mahdi wa Ar-Rasyid).
(3). “Siapa yang hidup lama di antara kalian niscaya akan melihat perselisihan faham yang sangat hebat. Maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk Ilahi yang lurus (khulafaa il mahdiyyiin ar-rasyidiin), pegang-teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu.” (HR Sunan Abu Daud, Bab IV, hal. 201).
Hadits ini menegaskan bahwa ketika dalam umat Islam terdapat perselisihan paham yang sangat hebat, umat Nabi Muhammad saw dianjurkan untuk berpegang-teguh kepada Tali Allah atau Al Quran (Ali Imran 3:104) dan mengikuti Sunnah Rasulullah saw dan Sunnah para Khalifah Al Mahdiyyin wa Ar Rasyiddiin.
Dengan dianugerahkan-Nya dan dipelihara-Nya Khilafat ke dalam Jemaat Muslimin Ahmadiyah hingga sekarang, maka Allah dan Rasulullah saw sudah memutuskan bahwa Jemaat Muslimin Ahmadiyah adalah satu-satunya Jemaat Islam di dunia ini yang dijadikan sebagai sarana bagi orang-orang Islam yang beriman dan beramal shaleh untuk mencapai ketakwaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, saya senantiasa mendoakan agar seluruh umat Nabi Muhammad Rasulullah saw di seluruh wilayah Indonesia diberikan hidayah dan taufik Ilahi untuk bergabung dengan Jemaat Muslimin Ahmadiyah, tentunya dengan seizin Allah (Yunus 10:101). Amin.